A.
Sikap Keagamaan dan pola tingkah
laku
1. Dalam
pengertian umum, sikap dipandang sebagai seperangkat reaksi-reaksi afektif
terhadap objek tertentu berdasarkan hasil penalaran, pemahaman dan penghayatan
individu (Mar’at, 1982 : 19). Dengan demikian, sikap terbentuk dari hasil
belajar dan pengalaman seseorang dan bukan sebagai pengaruh bawaan (Faktor Intern) Seseorang, serta tergantung kepada
objek tertentu. Objek sifat oleh Edwars disebut sebagai psychological object
(Mar’at 1982 : 21).
Menurut Prof. Dr. Mar’at, 11 rumusan
mengenai sikap. Rumusan umum tersebut adalah bahwa :
1. Sikap
merupakan hasil belajar yang diperoleh melalaui pengalaman dan interaksi yang
terus menerus dengan lingkungan
2. Sikap
selalu dihubungkan dengan objek seperti manusia, wawasan, peristiwa ataupun
ide.
3. Sikap
diperoleh dalam berinteraksi dengan manusia lain baik dirumah, sekolah, tempat
ibadat, ataupun tempat lainnya melalui nasihat, teladan atau percakapan.
4. Sikap
sebagai wujud dari kesiapan untuk bertindak dengan cara-cara tertentu terhadap
objek.
5. Bagian
yang dominan dari sikap adalah perasaan dan afektif, seperti yang tampak dalam
menentukan pilihan apakah positif, negatif, atau ragu.
6. Sikap
memiliki tingkat intensitas terhadap objek tertentu yakni kuat atau lemah.
7. Sikap
bergantung kepada situasi dan waktu, sehingga dalam situasi dan saat tertentu
mungkin sesuai,sedangkan disaat dan situasi.
8. Sikap
dapat bersifat relatif consistent dalam sejaarah hidup individu
9. Sikap
merupakan bagian dari kontens persepsi ataupun kognisi individu.
10.
Sikap merupakan penilaian terhadap
sesuatu yang mungkin mempunyai konsekuensi tertentu bagi seseorang atau yang
bersangkutan.
11.
Sikap merupakan penafsiran dan tingkah
laku yang mungkin menjadi indikator yang sempurna atua bahkan tidak memadai.
Dengan
demikian, sikap yang ditampilkan seseorang merupakan hasil dari proses
berfikir, merasa, dan pemilihan motif-motif tertentu sebagai reaksi terhadap suatu objek.
Pembentukan
sikap melalui hasil belajar dari interaksi dan pengalaman. Sikap dan tingkah
laku mempunyai hubungan faktor tertentu, yaitu motif yang mendasari sikap. Para
ahli didik melihat adanya peran orang tua dalam pemberi dasar jiwa keagamaan
itu. Pengenalan ajaran agama pada anak usia dini bagaimanapun akan berpengaruh
dalam membentuk kesadaran dan pengalaman agama pada diri anak.[1]
2. Sikap keagamaan
Merupakan suatu keadaan
dalam diri seseorang yang mendorongnya untuk bertingkah laku sesuai dengan
kadar ketaannya terhadap agama. William James melihat adanya hubungan antara tingkah laku keagamaan
seseorang dengan pengalaman keagamaan yang dimilikinya itu. Dalam bukunya The
Varieties of Religious Experience, William James menilai secara garis besar
sikap dan perilaku keagamaan itu dapat dikelompokkan menjadi dua tipe, yaitu :
1. Tipe Orang yang Sakit Jiwa (The Sick Soul)
Sikap keberagamaan orang yang sakit jiwa ini ditemui pada mereka yang
pernah mengalami latar belakang kehidupan keagamaan yang terganggu.
2. Tipe Orang yang Sehat Jiwa (Healthy-Minded-Ness)
Ciri dan sifat agama pada orang yang sehat jiwa menurut W. Starbuck yang
dikemukakan oleh W. Houston Clark dalam bukunya Religion Psychology
adalah :
a.
Optimis dan gembira
b.
Ekstrovet dan tak mendalam
c.
Menyenangi ajaran setauhidan yang liberal
3.
Pola
tingkah laku
Pola artinya bentuk
atau model yang bisa dipakai untuk membuat atau untuk menghasilkan sesuatu. Perilaku
adalah perbuatan atau hasil dari pola-pola pemikiran. Jadi pola perilaku adalah
bentuk perbuatan-perbuatan yang menghasilkan suatu kebiasaan.
B.
Sikap Keagamaan yang
Menyimpang
Sikap
keagamaan yang menyimpang terjadi bila sikap seseorang terhadap kepercayaan dan
keyakinan terhadap yang dianut mengalami perubahan. Sikap keagamaan yang
mrenyimpang sehubungan dengan perubahan sikap tidak selalu berkonotasi buruk.[2]
Sikap kagamaan yang menyimpang dari tradisi keagamaan yang cendrung keliru
mungkin akan menimbulkan suatu pemikiran dan gerakan pembaharuan. Sikap yang
menentang merupakan sikap keagamaan yang menyimpang, seseorang atau kelompok
penganut suatu agama mungkin saja bersikap toleran pada agama lain ataupun
aliran lain yang berbeda dengan aliran agama yang dianutnya. Masalah yang
menyangkut keagamaan ini umumnya
tergantung hubungan mengenai kepercayaan dan keyakinan
Sikap
keagamaan yang menyimpang dapat terjadi bila penyimpangan pada kedua tingkat
berfikir, sehingga dapat memberi kepercayaan dan keyakinan baru pada seseorang
atau kelompok. Apabila tingkat berfikir tersebut mencapai tingkat kepercayaan
serta keyakinan yang tidak sejalan dengan ajaran agama tertentu maka akan
terjadi sikap keagamaan yang menyimpang.sikap keagamaan yang menyimpang
cendrung didasarkan pada motif yang bersifat emosional yang lebih kuat
ketimbang aspek rasional.[3]
Adapun sikap keagamaan yang menyimpang adalah
:
Ø Munafik
Ø Dengki
Ø Riya
Ø Tama’
Ø Takabbur
Dan
Bentuk Penyimpangan Prilaku yang menyimpang dari nilai-nilai luhur Agama Antara lain :
A. Aliran Klenik
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, klenik dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang berhubungan dengan kepercayaan akan hal-hal yang mengandung rahasia dan tidak masuk akal. Dalam kenyataan di masyarakat praktik yang bersifat klenik memiliki karakteristik yang hampir sama.
Suburnya praktik ini antara
lain ditopang oleh kondisi masyarakat yang umumnya awam terhadap agama namun
memiliki rasa fanatisme keagamaan yang tinggi.
B. Konversi Agama
Dalam uraian William James yang berhasil menetili pengalaman berbagai tokoh yang mengalami konversi agama menyimpulkan:
·
Konversi agama terjadi karena
adanya suatu tenaga jiwa yang menguasai pusat kebiasaan seseorang sehingga pada
dirinya muncul persepsi baru, dalam bentuk suatu ide yang bersemi secara
mantap.
C.
Faktor-Faktor yang
mempengaruhi sikap keagamaan yang menyimpang
Pada Umumnya Perubahan sikap keagamaan adalah awal proses
terjadinya penyimpangan sikap keagamaan pada seseorang, kelompok atau
masyarakat. Perubahan sikap diperoleh dari hasil belajar atau pengaruh
lingkungan, maka sikap dapat diubah walaupun sulit, karenanya perubahan sikap, dapat disebabkan oleh beberapa
hal, antara lain :
a. Adanya kemampuan lingkungan merekayasa obyek, sehingga
menarik perhatian, memberi pengertian dan akhirnya dapat diterima dan dijadikan
sebagai sebuah sikap baru.
b. Terjadinya konversi agama, yakni apabila seseorang
menyadari apa yang dilakukannya sebelumnya adalah keliru, maka ia tentu akan
mempertimbangkan untuk tetap konsisten dengan sikapnya yang ia sadari keliru.
Dan ini memungkinkan seseorang untuk bersikap yang menyimpang dari sikap
keagamaan sebelumnya yang ia yakini sebagai suatu kekeliruan tadi.
c.
Penyimpangan sikap keagamaan dapat juga disebabkan karena
pengaruh status sosial, dimana mereka yang merubah sikap keagamaan ke arah
penyimpangan dari nilai dan norma sebelumnya, karena melihat kemungkinan
perbaikan pada status sosialnya.
d. Penyimpangan sikap keagamaan dari sebelumnya, yaitu jika
terlihat sikap yang menyimpang dilakukan seseorang (utamanya mereka yang punya
pengaruh besar), ternyata dirasakan punya pengaruh sangat positif bagi
kemaslahatan kehidupan masyarakat, maka akan dimungkinkan terjadinya integritas
sosial untuk menampilkan sikap yang sama, walau pun disadari itu merupakan
sikap yang menyimpang dari sikap sebelumnya.
Terjadinya
keagamaan yang menyimpang berkaitan erat dengan perubahan sikap. Beberapa teori
psikologis mengungkapkan mengenai perubahan sikap tersebut antara lain:
a.
Teori stimulus dan
respons
b. Teori
pertimbangan sosial
c.
Teori
konsistensi
Namun secara garis
besar faktor-faktor yang mempengaruhi sikap keagamaan yang menyimpang dibagi
menjadi dua, yaitu faktor intern dan faktor ekstern.
Faktor intern, di antaranya:
ü
Kepribadian,
ü
faktor pembawaan
Faktor
ekstern, di antaranya:
ü
Faktor keluarga,.
ü
Lingkungan tempat
tinggal
ü
Perubahan status
ü
Kemiskinan.
Play the Best Online Casinos in the Netherlands
BalasHapusBest online casino in the 샌즈카지노 Netherlands. 카지노사이트 Bet on our extensive selection of kadangpintar online slots, live dealer games and the newest games. Visit us for